Play
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar

Sekolah Adat: OMK dan TBBR sepakat Pentingnya Pelestarian Budaya Lokal


Foto Bersama

Sekadau, dermagafm.com
- Sosialisasi pentingnya pelestarian Budaya Lokal oleh Sekolah Adat Dermaga dihadiri oleh Orang Muda Katolik dan TBBR. Tariu Borneo Bangkule Rajangk dengan tujuan agar kaum muda ini nanti bisa bersama-sama terus melestarikan budaya lokalnya sesuai dengan pekerjaan masing-masing.

Kegiatan yang dipandu  langsung oleh Nico Bohot selaku penggiat budaya ini dilakukan di radio Dermaga, hari Rabu, 30 Juli 2025.

Pada awal acara ini, disuguhkan dokumentasi kegiatan Radio Dermaga yang mempunyai program sejak awal tentang usaha  pelestarian budaya dan hutan Kalimantan yang bekerjasama dengan Unesco, kedutaan Denmark. Belanda, dukungan wisatawan Belanda, Australia, Canada, Amerika Serikat, dukungan dari Pemda Sanggau (sebelum Sekadau menjadi Kabupaten) dan Pemda Sekadau. Disajikan pula kerjasama dengan berbagai fihak yang kemudian membuat radio ini satu-satunya radio yang mendapatkan penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia tanggal 9 Desember 2022 dan tahun 2024 mendapat support dari Dana Indonesiana, Kementrian Kebudayaan serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan untuk mendirikan Sekolah Adat.

Menanggapi kegiatan ini, Ketua Orang Muda Katolik (OMK) Krisantus Andre, mengatakan bahwa kaum muda memiliki peran penting dalam pelestarian budaya lokal seperti yang dilakukan oleh Radio Dermaga. Menurut dirinya bahwa keterlibatan mereka dalam berbagai bentuk kegiatan liturgis di gereja Katolik seperti tarian tradisional, musik khas Dayak, penggunaan busana adat dalam misa, serta pengenalan unsur budaya dalam perayaan gerejawi  menjadi wujud nyata bagaimana iman Katolik dapat bersinergi dengan kekayaan budaya lokal. 

"Kami juga menyadari tantangan besar yang dihadapi dalam menjaga kelestarian budaya. Arus globalisasi, dominasi budaya populer asing  seperti Medsos serta kemajuan teknologi yang tidak disertai dengan literasi budaya, telah membuat budaya tradisional kita kian terpinggirkan. Generasi muda cenderung lebih mengenal budaya luar dibandingkan budaya leluhurnya sendiri dan budaya lokal sering dianggap kuno, ketinggalan zaman, atau bahkan memalukan untuk ditampilkan di ruang publik,"katanya.

Sementara beberapa peserta lainnya juga menambahkan bahwa kurangnya pewarisan budaya dari orang tua dan tetua adat,  minimnya ruang belajar serta wadah ekspresi budaya di lingkungan pendidikan dan komunitas, juga mempercepat proses pelupaan nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun. Di era digital, budaya tradisional belum banyak hadir dalam bentuk yang menarik dan mudah diakses seperti di YouTube, TikTok, atau podcast. Hal ini membuat OMK merasa terputus dari akar budaya mereka sendiri karena tidak menemukan referensi yang relevan dan menarik di media yang mereka konsumsi sehari-hari. 

OMK yang datang ke acara ini berasal dari berbagai suku Dayak, Ketungau, Mualang, Benawas dan beberaapa etnis lainnya.

Sementara itu, di acara yang sama yang diadakan pada pagi harinya, TBBR yang dikenal dengan "Pasukan Merah" dengan sejumlah anggota mengatakan bahwa TBBR saat ini di pimpin oleh Mangku yang dijabat oleh Seno yang berasal dari Tapang Sambas Desa Tapang Semadak dan hadir anggota TBBR lainnya Pak Lino sebagai orang yang senior dari segi usia dan beberapa anggota lainnya.

"Kami selaku anggota TBBR merasa bangga dengan kegiatan Radio Dermaga yang peduli dengan pelestarian budaya dan hutan dengan  sekolah adat bertujuan menyadarkan kami generasi muda, mendidik anak-anak agar tidak lupa dengan budaya lokal dan saya selaku Mangku juga turut serta dalam pelestarian budaya ini versi TBBR sebagai bentuk cinta kami akan budaya dan hutan Borneo dan teman-teman semuanya saya yakin adalah pendukung, pelestari budaya dan hutan," katanya.

Menjawab pertanyaan dari Ketua Sekolah Adat Manua Punjung Sintang melalui WA tentang kegiatan show of force dari TBBR saat pegelaran acara, Mangku Seno mengatakan bahwa tradisi ini memang sedikit beda karena sebagai warga Kalimantan, mereka menunjukan jati diri di hadapan warga Kalimantan dan warga luar, bahwa pasukan merah ini memiliki semangat "luar biasa "saat ada pegelaran atau kegiatan lainnya.

"Terima kasih pak Daniel Banai dari Sekolah Adat Menua Punjung Sintang dan minta maaf kepada Duan bahwa, kami tidak bermaksud 'buruk" dengan pertunjukan ini, karena hal  ini merupakan tradisi yang mungkin dianggap baru di tempat kita, tetapi sudah dianggap "biasa" di beberapa suku Dayak lainnya saat ini,"tutupnya.

TBBR Sekadau saat ini sudah memiliki 7 kepengurusan di 7 Kecamatan lengkap dengan anggota di masing-masing kecamatan. 

Editor: Pen Jab Radio Dermaga

Tinggalkan Komentar

Berita Baru Berita Lainnya