Play
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar
dermagaFm | Radio Streaming Kalbar

Diskusi Budaya di Tampun Juah : “Menggali Jati Diri Tampun Juah, Membangun Solidaritas Dayak”


Diskusi Tentang Kelangsungan Tampun Juah di Kantor CU Gerakan
Sekadau, dermagafm.com - Nama Tampun Juah kembali mengemuka sebagai pusat asal-usul orang Dayak. Direktur Dayakologi, Krissandi Gunui, menegaskan bahwa masih banyak masyarakat Dayak yang tidak mengetahui bahwa leluhur mereka berasal dari Tampun Juah—wilayah akar budaya yang telah didata oleh Dayakologi dan mencakup 130 sub-suku Dayak. Menurut Kris, hilangnya pemahaman terhadap sejarah ini menjadi tantangan besar bagi pelestarian jati diri Dayak di tengah perubahan zaman. Hal ini dikatakan kepada Radio dermaga saat diajak ke Tampun Juah Dusun Segumon Desa hari Selasa, 9 Desember 2025.

Hadir pada diskusi budaya ini, selain Direktur Institut Dayakologi - Krissundi Gunui, Agustina Mursiadi, Sebastianus Sumito, Alusius Sali, Leo Piter, Johan, Antonius Sunarto, Tripina Awa dan Oktavianus, Santo serta Nico Bohot dari Radio Dermaga Sekadau.

Gerakan Credit  Union Bangkitkan Kesadaran Budaya.

Melihat minimnya kesadaran masyarakat, gerakan Credit Union (CU) turut mengambil peran strategis dan membangun CU sejak 14 tahun yang  lalu dengan nama CU Gerakan. Kemudian CU membangun Radio Komunitas Tampun Juah untuk menyiarkan informasi budaya, menggagas pembangunan Rumah Adat Tampun Juah, yang diharapkan menjadi pusat pelestarian budaya dan sejarah Dayak. Rumah adat ini dirancang sebagai tempat edukasi, ruang musyawarah budaya, serta simbol pemersatu seluruh sub-suku Dayak yang berasal dari Tampun Juah yang menurut Penelitian Institut Dayakologi berjumlah 130 Sub Suku.

Pemda Sanggau Kucurkan Dana Awal Rp 1 Miliar.

Pemerintah Daerah Sanggau masa Bupati Paulos Hadi saat itu telah mengucurkan Rp 1 miliar untuk pembangunan fondasi Rumah Adat Tampun Juah. Namun dana tersebut masih jauh dari cukup untuk mewujudkan bangunan rumah betang besar yang telah direncanakan.

Kris Gunui mengungkapkan kekecewaannya terkait lambatnya perkembangan pembangunan.

“Saya agak kecewa karena sampai saat ini belum ada tanda-tanda keberlanjutan rumah adat,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa pembangunan tidak akan berjalan hanya dengan mengandalkan dana pemerintah saja l. Perlu ada gerakan kolektif dari seluruh masyarakat Dayak.

 Ajakan untuk Bersatu Bangun Rumah Adat Tampun Juah

Kris mengajukan pertanyaan penting yang menurutnya harus dijawab bersama:

“Pertanyaannya, bagaimana caranya agar rumah ini bisa dibangun? Yakni bersatu sebagai orang Dayak.”

Ia juga menyayangkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap Rumah Betang Tampun Juah, yang pondasinya telah dibangun beberapa tahun lalu tetapi belum mendapat perhatian lanjutan.

“Jangan sampai masyarakat hanya menunggu saja. Masyarakat sepertinya kurang menghargai Rumah Betang Tampun Juah yang sudah dibangun pondasinya,” tegas Kris.

Identitas yang Harus Dijaga Bersama

Menurut Dayakologi, Rumah Adat Tampun Juah bukan hanya proyek fisik, melainkan simbol jati diri. Keberadaannya akan menjadi pusat dokumentasi sejarah suku-suku Dayak, ruang edukasi budaya, dan tempat pemersatu masyarakat.

Kris berharap masyarakat Dayak, baik di kampung maupun yang berada di perantauan, dapat ikut terlibat dan merasa memiliki Rumah Adat Tampun Juah ini.

Sementara itu, semua yang hadir setuju untuk mendukung proses pembangunan rumah betang ini, dengan mengupdate proposal yang sudah lama serta tetap menghidupkan  radio komunitas Tampun Juah. (NB)

Editor: PenJab Radio Dermaga Sekadau


Tinggalkan Komentar

Berita Baru Berita Lainnya