Sekadau, dermagafm.com — Pimpinan Radio Dermaga bersama team Sekolah Adat adakan bincang-bincang ke Sekolah Adat Buah Main Tapang Sambas untuk berbagi pengalaman dengan Yayasan Pemberdayaan CU Keling Kumang (CUKK) yang menghadle Sekolah' adat di Rumah Betang Tapang Sambas Desa Tapang Semadak, Selasa, 1 Oktober 2025
Kegiatan ini
bertujuan untuk memperkuat kapasitas dan memperjelas arah gerak Sekolah Adat
Buah Main yang telah dideklarasikan sejak Mei 2025, namun hingga kini belum
berjalan secara optimal.
Demikian kata Paskalis, Deputi Bidang Pemberdayaan dan SPM (Social Performance Management) CU. Keling Kumang saat memulai acara sharing pengalaman ini.
Nico Bohot yang belum lama ini kembali dari Kegiatan WALHI Nasional di Waingapu Sumba NTT wakili Sekadau menceritakan bahwa Sekolah Adat Radio Dermaga lahir dari program pelestarian budaya dan hutan Kalimantan yang telah lama digagas dan dipandu oleh Pak Nico bersama kawan-kawan penyiar. Nico melihat bahwa hutan dan budaya ini bagaikan sebuah mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Melalui
program “Gong Masyarakat Adat” yang terus berjalan hingga kini, Radio Dermaga
mengampanyekan pentingnya menjaga hutan sebagai bagian tidak terpisahkan dari
identitas masyarakat adat.
Sejak tahun
2000 hingga 2002, Radio Dermaga mendapatkan dukungan dari UNESCO dan Kedutaan
Besar Denmark untuk memperluas kampanye pelestarian budaya dan lingkungan. Pada
2022, radio ini meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan atas kontribusinya dalam pelestarian budaya lokal.
Tahun 2024 menjadi tonggak penting, ketika Radio Dermaga bergabung dengan Badan Musyawarah Kebudayaan Kalimantan Barat dan lolos seleksi nasional dengan Dana Indonesiana dari Kementerian Kebudayaan RI dalam mendirikan Sekolah Adat pada akhir Desember.
Menanggapi pengalaman Radio Dermaga ini, Ketua Pengurus Yayasan Pemberdayaan Sumber Daya Keling Kumang, Sujiman, menyampaikan harapannya agar Sekolah Adat Buah Main dapat memperoleh wawasan praktis dan strategi yang tepat untuk segera dijalankan secara efektif.
“Diskusi ini
diharapkan dapat membantu kami memahami bagaimana memulai program sekolah adat,
menentukan siapa sasarannya, serta menyusun kegiatan yang sesuai dengan kondisi
lokal dan kebutuhan masyarakat adat,” ujar Sujiman.
Ia
menekankan pentingnya dua hal utama yang perlu dirumuskan secara konkret,
yaitu:, menyusun program pembelajaran dan pelestarian budaya yang terstruktur,
berbasis komunitas, dan selaras dengan nilai-nilai lokal, menentukan siapa yang
menjadi peserta utama dari sekolah adat, seperti anak-anak, remaja, atau
seluruh komunitas adat, sehingga program dapat berjalan tepat sasaran dan
berdampak nyata.
Sujiman optimis bahwa melalui kolaborasi dan pertukaran pengetahuan ini, Sekolah Adat Buah Main di Tapang Sambas dapat segera beroperasi dan menjadi pusat pembelajaran budaya yang memperkuat identitas serta keberlanjutan masyarakat adat Kalimantan. Sujiman juga berharap bahwa Radio Dermaga bisa mensupport rencana dirikan radio dengan format radio yang digandrungi oleh remaja-remaja dan anak muda.
Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, Sekolah Adat Dermaga akan datang kembali pada bulan November 2025 ke rumah Betang Buah Main bersama dengan peserta sekolah adat dengan harapan membangkitkan semangat generasi muda di Tapang Sambas dan sekitarnya.(Ika)
Editor penanggung jawab radio dermaga Sekadau