Sekadau, dermagafm.com - Hingga bulan Agustus 2025, Sekolah Adat Radio Dermaga Sekadau telah melaksanakan 9 dari 12 pertemuan yang direncanakan dan disetujui oleh Dana Indonesiana. Total peserta yang telah mengikuti kegiatan ini mencapai 789 orang, terdiri dari pelajar, tokoh adat, dan masyarakat umum yang antusias mendalami kembali nilai-nilai budaya lokal.
Hal ini disampaikan oleh Nicodimus Bohot selaku ketua sekolah adat Dermaga Sekadau kepada media ini.
Menurut dirinya, Sekolah Adat Radio Dermaga juga aktif melakukan sejumlah kunjungan strategis ke berbagai institusi pemerintah dan komunitas budaya untuk memperkuat jaringan kerja sama dan memperdalam pembelajaran lintas wilayah.
“Kegiatan diawali dengan pertemuan bersama Bupati Sekadau pada 23 Februari, dilanjutkan dengan kunjungan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kantor Perpustakaan dan Arsip pada bulan April. Di bulan yang sama, tim Sekolah Adat juga melakukan perjalanan ke Pontianak untuk bertemu dengan Balai Pelestarian Kebudayaan, serta mengadakan kunjungan belajar ke Sekolah Adat Arus Kualan di Kecamatan Simpang Hulu, Balai Berkuak,"tuturnya
Kunjungan tersebut lanjut nya, disambut hangat oleh para peserta di sana, termasuk anak-anak SD yang memandu acara dan mempersembahkan tarian adat. Kegiatan ini dipandu oleh Ibu Desi selaku koordinator Arus Kualan yang turut berbagi pengalaman dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal melalui berbagai kegiatan bersama peserta.
Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan Badan Musyawarah Kebudayaan Kalbar untuk menjajaki kemungkinan kerja sama pelestarian budaya di masa depan.
Ketua Sekolah Adat Radio Dermaga, juga menyampaikan bulan Juni tim nya menemui Komisi III DPRD Sekadau untuk menyampaikan aspirasi dan mohon dukungan dari anggota DPRD kabupaten Sekadau.
“Pada bulan
Juni, tim Sekolah Adat menemui Komisi
III DPRD Sekadau untuk menyampaikan aspirasi terkait dukungan anggaran
di masa depan, demi keberlangsungan program pendidikan adat yang telah
berjalan.”kata Nico
Setelah itu, kegiatan berlanjut pada kegiatan yakni SMA PGRI Rawak, Kecamatan Sekadau Hulu dengan 80 siswa-siswi sebagai peserta pertemuan sekolah adat yang menonton film. Dayak dan diskusi tentang pelestarian budaya lokal.
Selanjutnya pada bulan Juli kegiatan lanjutan pertemuan di SMPK Suparna, Nanga Taman. Sekolah ini menyatakan dukungan
mereka terhadap pelestarian budaya lokal dan turut menyumbangkan cerita rakyat,
permainan tradisional, dan pengetahuan tentang alat musik dan peralatan adat.
Selama bulan Juni sekolahan mendapatkan sumbangan dan dokumentasi seperti Permainan tradisional: Gasing, senapan locok, serta cara menganyam tali dari kulit kapuak. Alat musik: Gamus, gamang, tengkuyung berameh, tengkulas dukun (daun kelapa), bonsi (alat musik tiup dari bambu), serta gendang dari kayu dan kulit sapi, alat tradisional: Alu penumbuk padi dan perujak berukir untuk menanam padi, perisai Dayak, tikar dari perupuk dan beberapa jenis lainnya.
Sementara pada aspek kuliner juga menjadi bagian dari pembelajaran bersama peserta.
“Peserta
diajarkan cara menghidupkan api dari kayu, membuat pekasam, tempuyak, putong (makanan dalam bambu buluh),
serta masakan dari pisang muda dan ikan.
Teknik memasak di hutan dengan bambu juga menjadi bagian dari kearifan lokal
yang dipelajari langsung dari narasumber adat,”katanya.
Di bulan
Agustus, Sekolah Adat mengunjungi Kampung
Perongkan, tempat masyarakat Suku
Ketungau masih menjalankan nilai gotong
royong yang kuat.
“Masyarakat Suku Ketungau di Kampung Perongkan masih menjalankan nilai gotong royong yang kuat, para tetua kampung menuturkan bahwa semangat royong ini telah lama menjadi ciri khas, termasuk dalam kegiatan membuka lahan, menanam padi, hingga menggelar pesta syukur setiap 1 Mei," kata pak Mayoh, tokoh adat Perongkan
Sementara itu, Anang salah satu dari narasumber yang berperan membuatkan gasing senapan bambu, kaki hantu - menuturkan kepada radio dermaga bahwa dirinya belajar dari kakeknya cara membuat gasing dan permainan lainnya.
"Saya dari kecil diajar bagaimana membuat gasing eh setelah besar saya bertemu dengan Pak Niko di radio dan diminta membuat gasing dan aneka permainan lainnya sungguh luar biasa sekolah adat radio Dermaga Sekadau yang sudah berperan melestarikan budaya lokal kepada anak-anak generasi muda saat ini,"ceritanya.
Sebagai
bagian dari pendekatan sekolah adat dalam pelestarian budaya, Sekolah Adat juga
mengadakan pemutaran film edukatif
di Kota Sekadau bersama anak-anak asrama
putri Sta Maria Goreti. Dua film yang diputar yakni “Para Pengayau
Kalimantan” dan Film Rumah Betang Sungai Antu, yang mengisahkan kehidupan suku Apokayan di Kalimantan Timur,
dan dokumentasi tahun ini tentang rumah betang
Sungai Antu Ulu yang merepresentasikan Dayak masa kini.
Anak-anak peserta menyampaikan kesan mendalam usai menonton film, salah satunya menyebut bahwa baru pertama kali melihat sejarah perjuangan hidup orang Dayak yang ternyata memiliki kemiripan di kedua provinsi — sama-sama hidup berdampingan dengan alam, hutan, dan adat.
Selain itu sekolah adat radio Dermaga juga mulai menuliskan cerita rakyat, mendapatkan sejarah asal usul Suku Dayak Kerabat dari pak Henry Lisar dan dokumentasi lainnya agar nantinya bisa dibaca oleh generasi muda.(Ika)
Editor: Penanggung Jawab Radio Dermaga